09 March 2009

The Power of Sedekah

Oleh Hasna Puri Nazar

Rasulullah bersabda: “Orang yang dicintai Allah ialah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain. Dan amal perbuatan yang paling dicintai Allah ialah bila kamu menyenangkan hati seorang muslim, menghilangkan kesulitannya, melunasi hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya.” (HR Ath-Thabrani)

Beberapa bulan lalu untuk pertama kalinya saya dan teman-teman berkumpul untuk membentuk suatu wadah penghimpun dana bagi pasien tidak mampu di Rumah Sakit pemerintah tempat kami bekerja. Selain bertujuan meringankan beban pasien dari harga obat-obatan yang melambung tinggi kami juga sama-sama berlatih untuk menunaikan kewajiban zakat profesi.

Sisi optimis ketika melakukan suatu kebaikan menjadi keyakinan kami untuk serius menunaikan semua rumusan perencanaan kegiatan pengumpulan dana. Mulai dari launching kegiatan penghimpunan dana, penyebaran leaflet profil kegiatan, promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan tim di lingkungan Rumah Sakit telah dimaksimalkan diawal keberadaan kami.

Respon yang diterima Alhamdulillah baik. Banyak yang memberikan dukungan bahkan ada rekan yang langsung mengikrarkan dirinya menjadi donatur tetap.

Dalam waktu tidak lama, Alhamdulillah saldo kami terkumpul cukup banyak dengan mayoritas donatur dari internal (staf) yang disunat pendapatannya setiap bulan. Pengeluaran pun belum berlebihan, baru satu pasien tidak mampu yang memperoleh bantuan dari kami.

Menginjak bulan kedua, pengeluaran dana bantuan mulai merayap naik. Jumlah pasien yang diberi memang tidak begitu banyak namun nominal yang dikeluarkan per pasien cukup besar terutama untuk pembelian obat-obatan yang cukup mahal. Sebagai wadah penghimpun dana yang baru mulai eksistensinya, rasa kekhawatiran mulai menyergap disaat pengeluaran mulai meroket sedangkan saldo yang kami miliki terbatas. Akhirnya kami pun tetap berniat mengeluarkan semua dana yang kami punya di rekening untuk membantu pasien-pasien tersebut walaupun dengan konsekuensi saldo kami akan sampai pada titik terendah.

Ketika kita berniat akan melakukan kebaikan, niscaya niat kita sudah dicatat sebagai satu pahala walau belum sempat melaksanakannya, sedangkan jika kita mewujudkan niat tersebut maka akan bertambah satu lagi pahala.

Sungguh niat kami tersebut ternyata menjadi niat yang berbuah keberkahan.Sesaat sebelum menguras dana dari mesin ATM, ternyata saldo kami telah banyak betambah lebih dari dua kali lipat dari sebelumnya. Puji syukur tak ada habisnya kami ucapkan dan terima kasih pada seluruh pendonatur yang telah membantu, ternyata kondisi yang kami kira sebelumnya menjadi berbalik.

Tak akan ada kondisi saldo yang minim pada saat itu, melainkan jumlahnya meningkat tak terduga. Belakangan kami tahu bahwa donatur dermawan tak terduga itu adalah salah satu perusahaan alat kesehatan yang hingga sekarang menjadi donatur tetap dan selalu setia memberikan bantuan dana dalam jumlah besar.

Mungkin banyak cerita yang pernah didengar tentang keutamaan bersedekah dan balasan yang akan didapat dengan bersedekah baik dari buku-buku, ceramah keagamaan, ataupun film-film religi yang sempat marak beberapa waktu lalu. Keberkahan yang tak disangka itu bisa dilihat pada salah satu film televisi yang berjudul “Tukang Bubur Naik Haji”, beberapa rekan-rekan mungkin sempat tahu cerita tersebut, seorang tukang bubur yang rajin bersedekah pada anak yatim semampu yang ia miliki minimal bersedekah dengan buburnya yang diberikan cuma-cuma. Kemudian balasan yang didapat adalah ia dapat pergi haji gratis dari undian tabungan di bank yang ia miliki.

Sebagian dari kita mungkin mengamini kejadian-kejadian tersebut, tapi tidak sedikit juga yang pesimis mengatakan bahwa itu hanya cerita hikmah belaka. Namun ini nyata, tim kami merasakan pengalaman yang hampir serupa dengan pengalaman tukang bubur tersebut.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (Surat Ali Imran ayat 133-134).

“ Perumpamaan orang yang menginfakan hartanya dijalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Ia kehendaki dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui ” (Al-Baqarah 261)

We called it: The power of shodaqoh, ya itulah keberkahan nyata yang kami rasakan langsung ketika membantu dengan ikhlas maka rezeki akan bertambah. Dan memberi itu diberikan pada saat kita lapang maupun sempit. Bagai dahan yang dipotong, bukannya hilang tetapi justru akan menumbuhkan dahan dan ranting baru yang lebih banyak. Sampai saat ini kami tetap merasakannya, semakin banyak kami menyalurkan bantuan dari para donatur, semakin banyak pula donatur lainnya menambah saldo kami.

Terima kasih Ya Rabb...

Alangkah indah orang bersedekah, dekat dengan Allah, dekat dengan surga

Takkan berkurang harta yang bersedekah, akan bertambah, akan bertambah....(Opick: Sedekah)

Semua ada Kuncinya

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: "Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi segala sesuatu kunci untuk membukanya,

- Allah menjadikan kunci pembuka shalat adalah bersuci sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam :

`Kunci shalat adalah bersuci´,

- Allah Subhanahu wa Ta´ala menjadikan kunci pembuka haji adalah ihram,

- Kunci kebajikan adalah kejujuran,

- Kunci surga adalah tauhid,

- Kunci ilmu adalah bagusnya bertanya dan mendengarkan,

- Kunci kemenangan adalah kesabaran,

- Kunci ditambahnya nikmat adalah syukur,

- Kunci kewalian adalah mahabbah dan dzikir,

- Kunci keberuntungan adalah takwa,

- Kunci taufik adalah harap dan cemas kepada Allah `Azza wa Jalla,

- Kunci dikabulkan adalah doa,

- Kunci keinginan terhadap akhirat adalah zuhud di dunia,

- Kunci keimanan adalah tafakkur pada hal yang diperintahkan Allah, keselamatan baginya, serta keikhlasan terhadap-Nya di dalam kecintaan, kebencian, melakukan, dan meninggalkan,

- Kunci hidupnya hati adalah tadabbur al-Qur´an, beribadah di waktu sahur, dan meninggalkan dosa-dosa,

- Kunci didapatkannya rahmat adalah ihsan di dalam peribadatan terhadap Khaliq dan berupaya memberi manfaat kepada para hamba-Nya,

- Kunci rezeki adalah usaha bersama istighfar dan takwa,

- Kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya,

- Kunci persiapan untuk akhirat adalah pendeknya angan-angan,

- Kunci semua kebaikan adalah keinginan terhadap Allah dan kampung

akhirat,

- Kunci semua kejelekan adalah cinta dunia dan panjangnya angan-angan.

"Ini adalah bab yang agung dari bab-bab ilmu yang paling bermanfaat, yaitu mengetahui pintu-pintu kebaikan dan kejelekan, tidaklah diberi taufik untuk mengetahuinya dan memperhatikannya kecuali seorang yang memiliki bagian dan taufik yang agung, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta´ala telah menjadikan kunci bagi setiap kebaikan dan kejelekan, kunci dan pintu untuk masuk kepadanya sebagaimana Allah jadikan :

- Kesyirikan, kesombongan, berpaling dari apa yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, dan lalai dari dzikir terhadap-Nya dan melaksanakan hak-Nya sebagai kunci ke neraka,

- Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta´ala jadikan khamr sebagai kunci segala dosa.

- Dia jadikan nyanyian sebagai kunci perzinaan,

- Dia jadikan melepaskan pandangan pada gamba-gambar sebagai kunci kegelisahan dan kegandrungan,

- Dia jadikan kemalasan dan kesantaian sebagai kunci kerugian dan luputnya segala sesuatu,

- Dia jadikan kemaksiatan-kemaksiatan sebagai kunci kekufuran,

- Dia jadikan dusta sebagai kunci kenifakan (kemunafikan -ed),

- Dia jadikan kekikiran dan ketamakan sebagai kunci kebakhilan,

memutus silaturahim, serta mengambil harta dengan cara yang tidak halal dan

- Dia jadikan berpaling dari apa yang dibawa Rasul sebagai kunci segala kebid´ahan dan kesesatan.

"Perkara-perkara ini tidaklah membenarkannya kecuali setiap orang yang memiliki ilmu yang shahih dan akal yang bisa mengetahui dengannya apa yang ada dalam dirinya dan apa yang berwujud dari kebaikan dan kejelekan. Maka sepantasnya seorang hamba memperhatikan dengan sebaik-baiknya ilmu terhadap kunci-kunci ini dan kunci-kunci yang

dijadikan untuknya." (Hadil Arwah 1/48-49)

Dikutip dari artikel Kunci Kebaikan dan Kunci Kejelekan Majalah Al-Furqon No. 77 1429/2008 oleh Ummul Hasan

Membeli Kesuksesan dengan Sedekah

"Mengapa seseorang selalu merasa kurang secara penghasilan? Mungkin karena ia

kurang sedekah!" buka Ustad Yusuf Mansur malam itu. Beliau melirik

sekelilingnya. Wajah-wajah muda, dengan tatapan penuh semangat tengah duduk

mengelilinginya. Mereka adalah 20 besar kontestan eliminasi Mimbar Dai TPI.

Mereka tekun menyimak penuturan ustad pendiri Wisata Hati Coorporation itu.

Malam itu, tanggal 12 Juli 2005, Ustad Yusuf mendapat kesempatan memberikan

pembekalan atau pelatihan bagi para dai muda di Asrama Haji Pondok Gede,

Bekasi. Acara yang diselenggarakan habis Isya sampai pukul 21.00 itu,

berlangsung cukup seru. Dilengkapi beberapa games, salah satunya berupa

simulasi dengan selembar kertas, yang mengundang tanya peserta.

Banyak orang yang memiliki penghasilan besar, namun selalu merasa tidak cukup.

Bahkan tidak jarang pengeluaran mereka lebih besar dari penghasilan yang

didapat. Mungkin diri kita pernah merasakan demikian. Maka instropeksilah,

mungkin sedekah yang kita keluarkan terlalu sedikit, sehingga berkah yang Allah

berikan juga sekedarnya.

Padahal dalam surat Al-Anam ayat 160, Allah sudah janji akan melipatgandakan

pahala sampai 10 kali lipat bagi mereka yang berbuat kebaikan.

Jadi sebetulnya kita tak perlu ragu untuk menyisihkan penghasilan bagi mereka

yang membutuhkan.

1 - 1 = 10, itulah ilmu sedekah. Banyak kejadian dibalik fenomena keajaiban

sedekah. Dalam kesempatan tersebut, Ustad Yusuf memaparkan beberapa kisah yang

Insya Allah mampu meningkatkan keyakinan kita, bahwa Allah pasti akan

meliptrgandakan pahala-Nya, bila kita sedekah.

Contohlah sebuah kisah tentang seorang supir yang mengeluh karena gajinya

terlalu kecil. "Supir ini datang ke Klinik Spiritual dan Konseling Wisata Hati.

Dia bilang gajinya cuma 800 ribu, padahal anaknya lima! Ia ingin gajinya jadi

1,5 juta!" ujar Ustad Yusuf sambil duduk bersila di permadani.

Dengan bijak, Ustad Yusuf mengajak supir itu mensyukuri terlebih dahulu apa

yang telah didapatkannya selama ini. Kemudian ia menunjukkan surat Al Anâ'am

160 dan surat 65 ayat 7, mengenai anjuran bagi yang kaya untuk membagi

kekayaannya dan yang mampu membagi kemampuannya.

Supir itu lantas bertanya,"Kapan ayat-ayat itu dibaca dan berapa kali, Ustad?"

Nah, inilah kelemahan orang kita," potong Ustad Yusuf sejenak, al Qur'an hanya

untuk dibaca!"

Agak kesal dengan pertanyaan sang supir, Ustad Yusuf menyuruhnya segera

berdiri. Kemudian ia bertanya,"Maaf, boleh saya tanya pertanyaan yang sifatnya

pribadi?"

Supir itu mengangguk.

"Nggak bakal tersinggung?"

Kembali supir itu mengangguk.

"Bawa duit berapa di dompet?" desak Ustad Yusuf.

Supir itu mengeluarkan uangnya dalam dompet, jumlahnya seratus ribu rupiah.

Langsung Ustad Yusuf mengambilnya.

"Nah, uang ini akan saya sedekahkan, ikhlas?"

Supir itu menggaruk-garukkan kepalanya, namun sejurus kemudian mengangguk

dengan terpaksa.

"Dalam tujuh hari kerja, akan ada balasan dari Allah!"

"Kalau nggak, Ustad?"

"Uangnya saya kembaliin!"

Mulailah sejak itu ia menghitung hari. Hari pertama tidak ada apa-apa, demikian

pula hari kedua, bahkan pada hari ketiga uangnya hilang sejumlah 25 ribu

rupiah. Rupanya ketika ditanya Ustad Yusuf tempo hari, sebenarnya ia bawa uang

125 ribu rupiah, namun keselip. Pada hari keempat supir itu diminta atasannya

untuk mengantar ke Jawa Tengah. Selama empat hari empat malam mereka pergi.

Begitu kembali, atasannya memberikan sebuah amplop, "Ini hadiah istri kamu yang

kesepian di rumah," begitu katanya. Ketika amplop itu dibuka, Subhanallah .

Jumlahnya 1,5 juta rupiah.

Para dai muda yang menyimak cerita itu terkagum-kagum. Kemudian ustad Yusuf

bertanya, "Siapa yang belum nikah?" serentak hampir semua peserta mengacungkan

tangan dengan semangat, seraya bergurau.

"Nah, selain untuk memanjangkan umur, mengangkat permasalahan, sedekah juga

mampu membuat orang yang belum kawin jadi kawin, dan yang udah kawin"

"Kawin lagi???" jawab beberapa peserta, kompak!

Ustad Yusuf tertawa, "Yang udah kawin, makin saying"

Lalu mengalunlah sebuah cerita lain. Ada seorang wanita berusia 37 tahun yang

belum menikah mengikuti seminarnya. Setelah mendengarkan faedah sedekah, wanita

itu lantas pergi ke masjid terdekat dari rumahnya dan bertanya pada penjaga

masjid itu, "Maaf, Pak kira-kira masjid ini butuh apa? Barangkali saya bisa

Bantu"

"Oh, kebetulan. Kami sedang melelang lantai keramik masjid. Semeternya 150

ribuan"

Wanita itu menarik sejumlah uang dari sakunya, yang berjumlah 600ribu.

Tanpa pikir panjang ia membeli empat meter persegi lantai tersebut,

"Mudah-mudahan hajat saya terkabul", harapnya.

Subhanallah, Allah menunjukkan keagungan-Nya. Minggu itu juga datang empat

orang melamarnya!

"Itulah sedekah!" Ustad Yusuf menantang mata peserta,"Sulit akan menjadi mudah,

berat menjadi ringan, asal kita sedekah!"

Sebuah kisah unik lainnya terjadi. Suatu hari, seorang wartawan mengajak Ustad

Yusuf ke Semarang, hanya untuk berpose dengan sebuah mobil Mercedez New Eyes E

200 Compresor baru. Tak ada yang istimewa dengan mobil itu kecuali harganya

yang mahal, sekitar 725 juta rupiah, dan mobil itu milik seorang tukang bubur

keliling!

Loh, bagaimana bisa seorang tukang bubur punya mercy? Bisa aja kalau Allah

berkehendak. Tukang bubur itu tentunya tak pernah bermimpi bisa memiliki sebuah

mobil Mercedez baru. Namun kepeduliannya kepada orang tua, justru membuatnya

kejatuhan bulan. Karena orang tuanya ingin naik haji, tukang bubur itu giat

sedekah. Ia sengaja menyediakan kaleng kembalian satu lagi, khusus uang yang ia

sedekahkan. Yang kemudian ia tabung di sebuah bank.

Ketika tabungannya itu telah mencapai 5 juta, ia mendapatkan satu poin

memperebutkan sebuah mobil mercy. Dan si tukang bubur itulah yang memenangkan

hadiah mobil tersebut. Karena tak mampu membayar pajaknya sebesar 25%, seorang

ustad bernama Hasan, pemilik Unisula, membantunya. Maka, jadilah mobil itu

milik tukang bubur.

Kisah terakhir, tentang hutang 100juta yang lunas hanya dengan sedekah 100 ribu

rupiah. Orang ini mendengarkan ceramah seorang ustad yang mengatakan, kalau

sedekah itu dapat membeli penyakit, dapat membayar hutang, dan dapat

menyelesaikan masalah. Teringat hutangnya sejumlah 100 juta, ia menyedekahkan

uang yang ada, sebesar 100 ribu. Dalam hatinya ia berharap hutangnya dapat

cepat lunas.

"Dan Allah mengabulkan doanya secepat kilat. Begitu pulang dari pengajian, saat

menyebrang jalan, orang itu tertabrak mobil dan lunaslah hutangnya!" seru Ustad

Yusuf berapi-api. Semua peserta melongo kemudian tertawa. Hampir semua menebak

orang itu meninggal, sehingga di pemilik piutang mengikhlaskan hutangnya.

"Nggak! koreksi Ustad Yusuf cepat, "Dia cuma pingsan. Kebetulan yang nabrak

orang kaya. Selain dibawa ke rumah sakit, dia juga melunasi hutangnya!"

Itulah Allah punya cara tersendiri untuk menolong hamba-Nya. Selain memberikan

materi tentang sedekah, Ustad muda berkulit putih ini juga memberikan masukan

dan saran tentang bagaimana tampil yang baik di hadapan audience (baik di

televisi ataupun di ruangan), di antaranya mengajarkan teknik memotong materi

(untuk commercial break) yang baik, sehingga pemirsa televisi enggan mengganti

saluran dan tetap menunggu sampai iklan berakhir, lalu cara melibatkan emosi

audience, melibatkan orang sekitar acara (baik outsider, maupun insider),

intonasi suara, melakukan atraksi menarik, dan sebagainya.

"Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat

amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia tidak diberi

pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun

tidak dianiaya (dirugikan)." (al-An`am :160)

Keistimewaan Sedekah 2

Seorang laki-laki pernah ditimpa penyakit kanker. Ia lalu mencari obat keliling dunia, namun ia tidak mendapatkannya. Ia kemudian bersedekah pada seorang ibu anak-anak yatim dan Allah subhanahu wata’ala pun menyembuhkannya. Kisah lain, orang yang mengalami kisah ini menceritakan kepadaku, ia berkisah, "Anak perempuan saya yang masih kecil tertimpa penyakit di tenggorokannya. Saya membawanya ke beberapa rumah sakit. Saya mengeluhkannya kepada banyak dokter, namun tidak ada hasilnya. Sakitnya tidak bisa disembuhkan. Hampir saja saya yang jatuh sakit, karena sakit anak perempuan saya yang mengundang iba semua keluarga. Akhirnya kami memberinya suntikan untuk mengurangi rasa sakit saja, hingga kami putus asa dari semuanya, kecuali dari rahmat Allah subhanahu wata’ala. Hal itu berlangsung sampai datangnya sebuah harapan dan dibukanya pintu kelapangan. Seorang Shalih menghubungi saya dan menyampaikan sebuah hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, “Obatilah orang sakit di antara kalian dengan sedekah”. (Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’) Saya berkata, "Saya telah banyak bersedekah". Ia pun menjawab, "Bersedekahlah kali ini dengan niat untuk kesembuhan anak perempuanmu". Saya pun mengeluarkan sedekah secukupnya untuk seorang fakir, namun tidak ada perubahan. Saya kemudian mengabarinya dan ia berkata, “Engkau salah seorang yang mendapatkan nikmat dan harta yang banyak. Hendaknya engkau bersedekah sesuai dengan banyaknya hartamu.” Saya pun pergi pada kesempatan ke dua. Saya penuhi isi mobil saya dengan beras, ayam, dan lainnya dengan menghabiskan biaya yang besar. Saya lalu membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan dan mereka senang dengan sedekah saya. Demi Allah, saya tidak pernah menyangka bahwa akhir suntikan yang saya berikan pada anak saya adalah suntikan yang saya berikan sebelum saya mengeluarkan sedekah itu. Anak saya sembuh total, walhamdu lillah. Saya yakin bahwa faktor (yang menjadi sebab) paling besar yang dapat menyembuhkan penyakit adalah sedekah. Sekarang sudah berlalu tiga tahun, ia tidak merasakan penyakit apa pun. Semenjak itu saya banyak mengeluarkan sedekah khususnya untuk wakaf setiap saya merasakan nikmat, penuh berkah, dan sehat baik diri pribadi, harta, dan keluarga saya. Saya mewasiatkan pada semua orang sakit agar bersedekah dengan harta mereka yang paling mereka cintai, dan mengeluarkan sedekah terus-menerus, niscaya Allah subhanahu wata’ala akan menyembuhkannya walaupun hanya sebagian penyakit. Saya yakin kepada Allah subhanahu wata’ala dengan apa yang saya ceritakan. Sungguh Allah subhanahu wata’ala tidak melalaikan balasan untuk orang yang berbuat baik.”

Kisah lainnya, diceritakan oleh pelakunya sendiri. Ia berkata, “Saudara laki-laki saya pernah pergi ke suatu tempat. Di tengah jalan, ia berhenti. Sebelumnya ia tidak pernah mengeluh sakit apa pun. Pada saat itu tiba-tiba ia jatuh pingsan, seolah-olah peluru menembus kepalanya. Kami mengira ia tertimpa al-'ain (sakit karena pengaruh mata dengki seseorang) atau kanker atau pembuluh darahnya tersendat. Kami lalu membawanya ke berbagai rumah sakit dan klinik. Kami melakukan berbagai macam pemeriksaan dan rongsen. Hasilnya, kepalanya sehat-sehat saja, namun ia mengeluh sakit yang membuatnya tidak bisa berbaring. Juga tidak bisa tidur dan hal ini berlangsung lama. Bahkan jika sakitnya parah, ia tidak bisa bernafas apalagi bicara. Saya lalu bertanya kepadanya, “Apakah engkau mempunyai harta yang bisa kami sedekahkan. Semoga saja Allah subhanahu wata’ala menyembuhkanmu?” Ia menjawab, “Ada”. Lalu ia memberiku kartu ATM dan aku cairkan dari kartu tersebut sekitar lima ribu real. Setelah itu saya menghubungi salah seorang yang Shalih yang mengenal beberapa orang fakir, agar ia membagikan uang tersebut kepada mereka. Saya bersumpah demi Allah Yang Maha Mulia, saudara saya sembuh dari sakitnya pada hari itu juga, sebelum orang-orang fakir itu mendapatkan harta titipan tersebut. Saya benar-benar yakin bahwa sedekah mempunyai pengaruh yang besar bagi kesembuhan penyakit seseorang. Sekarang sudah berlalu satu tahun, ia sama sekali tidak mengeluhkan sakit di kepalanya lagi, alhamdulillah. Dan saya wasiatkan kepada kaum muslimin agar mengobati penyakit mereka dengan sedekah.” Berikut kisah lainnya, pelakunya sendiri yang menceritakan kisah ini. Ia berkata, “Anak perempuan saya menderita sakit demam dan panas. Ia tidak mau makan. Saya membawanya ke beberapa klinik, namun panasnya masih tinggi dan keadaannya semakin memburuk. Saya masuk rumah dengan gelisah. Saya bingung apa yang harus saya perbuat. Istri saya berkata, “Kita akan bersedekah untuknya”. Saya lalu menghubungi seseorang yang mengenal orang-orang miskin. Saya berkata padanya, “Saya harap anda datang shalat bersama saya di masjid. Ambillah dua puluh kantong beras dan dua puluh kotak ayam di tempat saya, lalu bagikanlah pada orang-orang yang membutuhkan”. Saya bersumpah demi Allah dan saya tidak melebih-lebihkan cerita. Lima menit setelah saya menutup telpon, tiba-tiba saya melihat anak saya menggerakkan kaki dan tangannya, bermain dan melompat di atas matras. Ia pun makan hingga kenyang dan sembuh total. Ini semua berkat karunia Allah subhanahu wata’ala. Saya wasiatkan semua orang untuk mengeluarkan sedekah ketika tertimpa penyakit.”

Marilah saudaraku, pintu telah terbuka, tanda kesembuhan telah tampak di depanmu. Bersedekahlah dengan sungguh-sungguh dan percayalah kepada Allah subhanahu wata’ala. Jangan seperti orang yang melalaikan resep yang mujarab ini, hingga ia tidak mengeluarkan sebagian hartanya untuk bersedekah lagi. Padahal bertahun-tahun ia menderita sakit dan mondar-mandir ke dokter untuk mengobati penyakitnya, dengan merogoh banyak uang dari koceknya.

Jika engkau telah mencoba resep ini dan engkau sembuh, jadilah orang yang selalu menolong orang lain dengan harta dan usahamu. Jangan engkau membatasi diri dengan sedekah untuk dirimu sendiri. Namun obatilah penyakitmu dengan sedekah. Jika engkau tidak sembuh total, ketahuilah engkau sebenarnya telah disembuhkan walau sedikit. Keluarkan sedekah lagi, perbanyak sedekah semampumu. Jika engkau masih belum sembuh, mungkin Allah subhanahu wata’ala memperpanjang sakitmu untuk sebuah hikmah yang dikehendaki-Nya atau karena kemaksiatan menghalangi kesembuhanmu. Jika demikian cepatlah bertaubat dan perbanyak do’a di sepertiga malam terakhir.

Sedangkan bagi anda yang diberi nikmat sehat oleh Allah subhanahu wata’ala, ja-ngan tinggalkan sedekah dengan alasan engkau sehat. Seperti halnya orang yang sakit dulunya juga sehat, dan orang sehat pun bisa sakit. Sebuah pepatah mengatakan, “Mencegah lebih baik daripada mengobati”.

Apakah engkau akan menunggu penyakit hingga engkau berobat dengan sedekah? Jawablah...! Dan segeralah bersedekah.

Syaikh Sulaiman bin Abdul Karim al-Mufarrij.

Keistimewaan Sedekah 1

Segala puji (hanya) bagi Allah, kita memuji-Nya baik dalam keadaan senang maupun susah. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasalla, seorang yang pernah mengalami sakit dan tertimpa cobaan. Shalawat dan salam juga semoga tercurah bagi keluarga dan sahabat beliau yang penyabar lagi ridha terhadap taqdir Allah subhanahu wata’ala.

Pada era ini berbagai penyakit semakin menyebar dan bermacam-macam. Bahkan beberapa penyakit tidak bisa ditangani oleh dokter dan tidak ditemukan obatnya, seperti kanker dan semisalnya, meskipun sebenarnya obat penyakit tersebut ada. Allah subhanahu wata’ala tidak menciptakan suatu penyakit, melainkan ada obatnya. Namun obat tersebut belum diketahui, karena suatu hikmah tertentu yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata’ala.

Mungkin penyebab utama banyaknya penyakit adalah timbulnya kemaksiatan dan menceritakan maksiat yang telah diperbuat pada orang lain. Oleh karena itu penyakit tersebut menyebar di tengah masyarakat dan mencelakakan mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri." (Q.S asy-Syura: 30)

Di antara penyakit tersebut ada yang berupa ujian dari Allah yang ditimpahkan kepada hamba-Nya di dunia hamba tersebut merasakan penuh dengan musibah dan kesedihan, penuh dengan penyakit dan bahaya.

Ketika saya melihat orang sakit bergulat dengan rasa sakitnya dan menyaksikan orang yang membutuhkan pertolongan dengan menahan rasa perihnya, mereka telah mengetuk semua pintu dan melakukan semua sebab, namun mereka tidak menemukan pintu (hidayah) Allah subhanahu wata’ala dan sebab yang dapat menyembuhkan penyakitnya. maka saya tergerak menulis untuk semua orang yang sedang sakit, agar rasa dukanya lenyap, kesedihan, dan penyakitnya dapat terobati.

Wahai orang sakit yang kepayahan, orang yang gelisah lagi kecewa, orang yang tertimpa ujian lagi sabar! Semoga keselamatan selalu tercurah kepadamu, sebanyak kesedihan yang menimpamu. Keselamatan selalu tercurah padamu, sebanyak duka nestapa, dan rintihan yang keluar dari bibirmu.

Penyakitmu telah memutuskan hubunganmu dengan manusia, menggantikan kesehatanmu dengan penderitaan. Orang lain tertawa, sedangkan engkau menangis. Sakitmu tidak pernah reda, tidurmu tidak nyenyak, engkau berharap kesembuhan walau harus membayar dengan semua yang engkau punya.

Saudaraku yang sedang sakit! Saya tidak ingin memperparah lukamu, namun saya akan memberimu obat mujarab, dan membuatmu terlepas dari apa yang engkau derita bertahun-tahun. Obat itu terdapat pada sabda Rasulullah subhanahu wata’ala, “Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah”. (Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Ja-mi').

Benar saudaraku, obatnya adalah sedekah dengan niat mencari kesembuhan. Mungkin engkau telah banyak bersedekah, namun tidak engkau niatkan agar Allah subhanahu wata’ala menyembuhkanmu dari penyakit yang engkau derita. Cobalah sekarang, dan hendaknya engkau percaya bahwasanya Allah subhanahu wata’ala akan menyembuhkanmu. Berilah makan orang fakir, atau tanggunglah beban anak yatim, atau wakafkanlah hartamu, atau keluarkanlah sedekah jariahmu. Sungguh sedekah dapat menghilangkan penyakit dan rintangan, baik berupa musibah maupun cobaan. Mereka dari golongan Allah subhanahu wata’ala yang diberi taufiq oleh Allah telah mencoba resep ini. Akhirnya mereka mendapatkan obat ruhiyyah yang lebih mujarab dari obat jasmani. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam juga mengobati dengan obat ruhiyyah dan obat ilahiyyah. Para Salafus Shalih juga mengeluarkan sedekah yang sepadan dengan penyakit dan musibah yang menimpa mereka. Mereka mengeluarkan harta mereka yang paling mereka cintai. Jangan kikir untuk dirimu sendiri, jika engkau memang memiliki harta dan kemudahan. Inilah kesempatannya telah datang...!!

Dikisahkan bahwa Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seorang laki-laki tentang penyakit yang menimpa lututnya semenjak tujuh tahun. Ia telah mengobati lututnya dengan berbagai macam obat. Ia telah bertanya pada para tabib, namun tidak menghasilkan apa-apa. Ibnul Mubarak pun berkata kepadanya, “Pergilah dan galilah sumur, karena manusia sedang membutuhkan air. Saya berharap akan ada mata air di dalam sumur yang engkau gali dan menahan aliran darah di lututmu. Laki-laki itu lalu menggali sumur dan ia pun sembuh”. (Kisah ini terdapat dalam Shahihut Targhib).


Keajaiban Sedekah 2

2.5 % Tidaklah Cukup

Saudaraku, barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke sedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa diangkat, 2,5%. Kita akan coba ilustrasikan, dengan perkalian sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh yang signifikan.

Contoh berikut ini, adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji 1jt. Dia punya pengeluaran rutin sebesar 2jt. Kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1jt itu. Maka kita dapat perhitungannya sebagai berikut:

Sedekah: Sebesar 2,5%

2,5% dari 1.000.000 = 25.000

Maka, tercatat di atas kertas:

1.000.000 – 25.000 = 975.000

Tapi kita belajar, bahwa 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:

975.000 + 250.000 = 1.225.000

Lihat, "hasil akhir" dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1jt, "hanya" jadi Rp. 1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar Rp. 2jt. Boleh dibilang secara bercanda, bahwa jika dia sedekahnya "hanya" 2,5%, dia masih akan keringetan untuk mencari sisa 775.000 untuk menutupi kebutuhannya.

Coba Jajal Sedekah 10 %

Saudara sudah belajar, bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketika diterapkan dalam kasus seorang karyawan yang memiliki gaji 1jt dan pengeluarannya 2jt, maka dia hanya mendapatkan pertambahan 250rb, yang merupakan perkalian sedekah 2,5% dari 1jt, dikalikan sepuluh.

Sehingga "skor" akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi Rp. 1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt.

Sekarang kita coba terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%.

Sedekah: Sebesar 10%

10% dari 1.000.000 = 100.000

Maka, tercatat di atas kertas:

1.000.000 – 100.000 = 900.000

Kita lihat, memang kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengan kita bersedekah 2,5%. Tapi kita belajar, bahwa 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:

900.000 + 1.000.000 = 1.900.000

Dengan perhitungan ini, dia "berhasil" mengubah penghasilannya, menjadi mendekati angka pengeluaran yang 2jt nya. Dia cukup butuh 100rb tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkan.

2.5 % Itu Cukup, Kalau ...

Setiap perbuatan, pasti ada balasannya. Dan satu hal yang saya kagumi dari matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyatab selalu punya keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahas pelan-pelan sisi ini, sampe kepada pemahaman yang mengagumkan tentang kebenaran janji Allah tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk.

Kita sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Mestinya, begitu saya ajukan dalam tulisan terdahulu, sedekah kita, haruslah minimal 10%. Dengan bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan-kebutuhan kita, yang memang kita hidup di dunia pasti punya kebutuhan, akan tercukupi.

Dari ilustrasi di dua tulisan terdahulu, saya memaparkan bahwa ketika seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang 1jt, maka "pertambahannya" menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp. 975.000, sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambah dengan pengembalian sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya. Bila sedekah 2,5% ini yang dia tempuh, sedangkan dia punya pengeluaran 2jt, maka kekurangannya teramat jauh. Dia masih butuh Rp. 775.000,-. Maka kemudian saya mengajukan agar kita bersedekah jangan 2,5%, tapi lebihkan. Misalnya 10%.

Saudaraku, ada pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwa katanya, sedekah kita yang 2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia ini, maupun kebutuhan yang lebih hebat lagi di akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain sedekah. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah ba'diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Terus, kita punya maksiat sedikit, keburukan sedikit. Bila ini yang terjadi, maka insya Allah, cukuplah kita akan segala hajat kita. Allah akan menambah poin demi poin dari apa yang kita lakukan.

Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal, dan banyak maksiatnya. Jadilah kita orang-orang yang merugi. Skor akhir yang sebenernya sudah bertambah, dengan sedekah 2,5% itu, malah harus melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga diri. Perbuatan buruk kita, memakan perbuatan baik kita.

Tambahi terus amaliyah kita, dan kurangi terus maksiat kita.

Keajaiban Sedekah 1

Oleh: Ust. Yusuf Mansur

Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.

Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.

Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan.

Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan sahabat Saudara.

Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya.

Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal. Kepada Allah juga semuanya berpulang.

Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat "mukhlishiina lahuddien", derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah.

Matematika Dasar Sedekah

Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?

10 – 1 = 19

Pertambahan ya? Bukan pengurangan?

Kenapa matematikanya begitu?

Matematika pengurangan darimana?

Koq ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar?

Kenapa bukan 10-1 = 9?

Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil dari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik.

Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang satu yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.

Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah, tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allah juga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedar sepuluh kali lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat.

Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti membalas dengan balasan yang pas buat kita.

Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak

Kita sudah belajar matematika dasar sedekah, dimana setiap kita bersedekah Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat (walaupun ada di ayat lain yg Allah menyatakan akan membayar 2x lipat). Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main dengan matematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita bersedekah, ternyata betul Allah akan semakin banyak juga memberikan gantinya, memberikan pengambalian dari-Nya.

Coba lihat ilustrasi matematika berikut ini:

Pada pembahasan yang lalu, kita belajar:

10 - 1 = 19

Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:

10 - 2= 28

10 - 3= 37

10 - 4= 46

10 - 5= 55

10 - 6= 64

10 - 7= 73

10 - 8= 82

10 - 9= 91

10 - 10= 100

Menarik bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin banyak. Sekali lagi, semakin banyak bersedekah, semakin banyak penggantian dari Allah.

Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah, meringankan langkah untuk bersedekah, dan membuat balasan Allah tidak terhalang sebab dosa dan kesalahan kita.

Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.

Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.

Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan.

Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan sahabat Saudara.

Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya.

Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal.

Kepada Allah juga semuanya berpulang.

Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat "mukhlishiina lahuddien", derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah.

Hidup

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Kalau kita bertanya dalam diri sendiri, dan juga orang lain, pasti diantara kita semua ingin hidup sukses. Masalahnya adalah keinginan kita untuk sukses itu, banyak diantara kita yang sebenarnya tidak layak menjadi sukses. Jalan sukses itu berliku, terjal, naik, berbelok-belok, memutar, lucu dan unik yang sering sulit dipahami. Tapi jalan itu ada dan ada terus, sampai kita meninggal dunia. Bahkan setelah meninggalpun jalan itu juga masih ada, jalan ke Surga dan jalan ke Neraka.

Selama kita masih hidup, jalan itu tetap terbuka untuk semua orang, termasuk saya yang menulis ini dan temen-temen yang sedang membaca tulisan ini. Masalahnya adalah tidak semua diantara kita akan sampai ke finish kehidupan dunia yang menggembirakan ini. Sebab banyak godaan lucu-lucu dan unik sebagai penyebab kita berhenti kemudian menganggap semua kambing adalah hitam. Maksudnya adalah mengkambinghitamkan keadaan. Kasihan memang kambing hitam, selalu disalahkan.

Agar kita tidak menganggap setiap kambing adalah hitan, yaitu hidup selalu mengkambinghitamkan keadaan, marilah kita menikmati setiap episode kehidupan dengan gembira dan terus bergerak agar syaraf-syaraf kehidupan kita tidak layu dan kemudian mati merana meratapi kehidupan.

Ketika kami pergi ke Bali tanggal 28 Maret sampai 2 Maret 2008, ada sebuah kehidupan yang sangat jauh berbeda, tapi dua-duanya tidak mengkambinghitamkan keadaan. Contoh sederhana, ketika tanggal 1 Maret 2008, temen-temen mengajak makan bersama diantara restoran yang ada di Jimbaran, setelah makan, bagian kasir mengeluarkan print out pembayaran dengan angka yang nolnya panjang seperti kereta, maksudnya mahal banget.

Namun setelah pulang dari Jimbaran, ada Bapak-bapak naik motor parkir di salah satu jalan menawarkan makanan nasi bungkus dengan harga hanya Rp. 3.500,- (tiga ribu lima ratus rupiah) dengan lauk sangat mantap surantap, sebab juga ada daging, telur dan sayuran, yang kalau dikonsultasikan kepada dokter gizi, itu sudah sangat gizi banget. Pemilik restoran di jimbaran, bisa menghidupi karyawan dan keluarganya, namun penjual nasi bungkus yang penjualnya merantau dari Banyuwangi juga bisa menghidupi karyawan dan keluarganya dengan hasil yang halal juga.

Begitu juga, ketika tanggal 8 Maret 2008, kami mengadakan perjalanan dengan mengayuh sepeda dari Simpang Dago Bandung menuju Warung Bandrek, kemudian Maribaya, Cikole, dilanjutkan turunan daerah dekat Sukawana dan akhirnya pulang kerumah dengan muka penuh lumpur. Sebab putaran ban sepeda memproduksi lompatan-lompatan lumpur yang mengarah kemuka. Ketika sampai rumah, anak-anak ketawa, sambil mengatakan Bapak mukanya kayak hantu, sebab penuh lumpur.

Selama perjalanan itu, sempat diajak teman-teman makan ditempat yang angka pembayarannya juga agak panjang. Namun ketika di Cikole, kami bertemu ibu-ibu yang menggendong sekeranjang makanan untuk dijual dengan harga yang wajar. Namun yang sangat mengejutkan saya adalah, ibu itu harus berjalan kaki dengan jalan nanjak dan beban barang dipunggungnya. Keunikan itu bertambah, ketika beliau-beliau ini membawa barang itu, rupanya bukan barang milik sendiri, tapi system bagi hasil dengan pemilik barang yang dia ambil dari warung sebelah rumahnya. Pemilik restoran, bisa menghidupi karyawan dan keluarganya, namun ibu-ibu penjual aneka makanan yang barangnya konsinasi dengan warung tetangga rumahnya juga bisa menghidupi keluarga dan anaknya juga sekolah. Bahkan, ketika saya mau shalat dhuhur di Cikole, karena kesulitan alas kaki, beliau dengan tulus meminjamkan sandal lusuh penuh berkah, untuk mengantarkan kaki saya menuju tempat wudhu dan mushola ditengah pepohonan rindang.

Sahabat CyberMQ

Hidup ini adalah indah dengan segala lika-liku yang penuh rasa lucu, maka kita tidak boleh tegang menghadapi hidup yang lucu ini. Menjadikan kehidupan yang berliku penuh kelucuan ini, justru harus mencerahkan kegembiraan yang memupuk jiwa muda penuh produktivitas tanpa banyak menjadi beban.

Berani menghadapi tantangan kehidupan penuh kelucuan-kelucuan ini, agar kita semakin bermanfaat bagi banyak orang !!! Bagaimana pendapat sahabat ???

Hidup Yang Dibimbing Allah

Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

…… Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Qashash: 50)

Misalkan kita hendak memasuki sebuah hutan rimba yang belum kita kenal tempatnya, tentu akan lebih mudah bila kita didampingi seorang pemandu. Yang akan memberi tahu mana jalan yang baik untuk dilalui, mana yang tidak. Apa saja bekal perjalanan yang hendaknya dibawa, dan bagaimana cara mengatasi berbagai kendala selama perjalanan.

Tetapi bisa juga kita memasuki hutan yang tidak dikenal itu, dengan kemampuan yang kita miliki. Kita tidak membutuhkan pemandu, karena percaya akan keahlian kita dalam menghadapi berbagai masalah diperjalanan. Namun, tentu saja cara ini akan lebih susah untuk dilakoni. Banyak energi yang terbuang secara sia-sia, dan belum lagi bahaya tersesat senantiasa membayangi.

Begitu juga dengan hidup ini, saat masalah datang menerpa. Bila kita mengandalkan kemampuan yang kita miliki, entah itu berupa kepandaian, harta, atau kekuasaan yang kita punya, tapi tanpa petunjuk dari Allah, kesesatanlah yang nantinya akan kita temui.

Saudaraku, memperoleh petunjuk dari Allah adalah sebuah anugerah yang tak terhingga dalam hidup ini. Sebuah masalah, seberapa pun sukarnya ia, akan menjadi mudah saat ‘tangan-tangan’ Allah memandunya. Karenanya, jangan pernah menyandarkan segala solusi masalah, hanya berlandaskan pada kemampuan yang ada dalam diri kita, sembari melupakan Allah yang menggenggam jiwa ini.

Manusia memang dikarunia berbagai kemampuan yang dapat dipergunakannya untuk mengatasi masalah. Tetapi, bila kemampuan-kemampuan itu tidak mendapat pengayoman dari cahaya Allah, maka kelak kita akan tersesat oleh ilusi kebenaran yang diciptakannya. Sebagaimana yang Allah nyatakan di surat Al-Qashash ayat 50.

Jadi, carilah bimbingan dari Allah di setiap detik hidup ini. Raihlah petunjuk-Nya, ketika masalah datang menerpa. Ketuklah pintu ridho-Nya, agar nur ilahi selalu menerangi langkah-langkah kita.

Bila Rasulullah saw bertamu

Bila Rasulullah saw bertamu...

Bayangkan apabila Rasulullah dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita. Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita, Apa yang akan kita lakukan? Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah sudi menginap beberapa hari di rumah kita. Beliau tentu tersenyum........

Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat Video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam.

Beliau tentu tetap tersenyum........

Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa.

Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita meletakkannya di ruang tamu.

Beliau tentu tersenyum.......

Bagaimana bila kemudian Rasulullah bersedia menginap di rumah kita? Barangkali kita teringat bahwa kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Shalawat kepada Rasulullah SAW.

Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mempelajarinya.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Indonesian Idols atau AFI.

Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar mandi menjadi ruang shalat. Atau barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah.

Beliau tentu tersenyum........

Belum lagi koleksi buku-buku kita. Belum lagi koleksi kaset kita. Belum lagi koleksi karaoke kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?

Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun adzan berbunyi.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu karena pada saat Maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV.

Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi.

Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan shalat sunnah.

Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al-Qur'an.

Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.

Beliau tentu tersenyum.......

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita.

Betapa senyum beliau masih ada di situ........

Bayangkan apabila Rasulullah tiba-tiba muncul di depan rumah kita. Apa yang akan kita lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap di rumah kita?

Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu.

Maafkan kami ya Rasulullah.........

Masihkah beliau tersenyum?

Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir........

Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........

Pikiran yang terbuka dan mulut yang tertutup merupakan suatu kombinasi kebahagiaan.

Jangan jadikan Penghalang sebagai hambatan, tetapi jadikan sebagai pendorong aktifitas.

Siapa yang mendiamkan saja kejahatan merajalela, dia itu membantu kejahatan!

Sehalus-halusnya musibah adalah ketika kedekatan kita denganNya perlahan-lahan terenggut dan itu biasanya ditandai dengan menurunnya kualitas ibadah.